resah..
Tanpa
sentuhan sang bunda yang telah lama tak kurasa
Sampai
ketika gadis kecil berbagi permen karet dan bingung mencari tiang tempat
bersandar, lelah mengunyah dan sibuk mengisap manis tak peduli pahit yang akan
tiba
Gigau
perempuan malang menemani hidup yang penuh derita, lirih..
Tak
berhenti berkutat dalam sangkak rapuh namun tak pernah ricuh apalagi gaduh ku
teringat mata air air mata bunda yang menghanyutkan dahaga tak bertuan
Gadis
kecil masih sibuk berbagi permen karet, di simpang resah rasa kini kian
bertalu-talu cemas sibuk bertaruh rindu
Semat
kasih tak lagi mampu mengikat hati yang terbingkai lelah, rusak, tak bergairah
sementara bunda bak perempuan malang yang mengais dedaunan di tumpukan sampah
berapi penuh derita
Selalu
mengais rintih kasih namun malu tuk berbagi resah
Sesal..kaki
gigil gemetar tak terbendung, ingat ibu yang selalu penuh kasih menina bobokan
gadis kecil yang mulai beranjak belasan tahun,
Kenapa
ku hanya bisa bertanya?
Kenapa
ku hanya menyalahkan,
Kenapa
ku hanya bisa mengeluh…..padahal hidup ku memang begini, nikmati dan syukuri
semua yang ada, belajarlah dari gadis kecil itu
Berbagi
permen karet..meskipun akhir dari manis itu adalah rasa pahit paling tidak dia
berani menerima resiko kehidupan..belajarlah dari perempuan malang itu
Menggigau
dengan kutat yang tak kunjung redam namun dia berani tuk tidak gaduh dan itulah
hidup…
Tak
ada yang sia-sia… semua untuk mu bunda semangat ku pertaruhkan, kasih ini tak
kan ku abaikan, demi hidup dan kehidupan yang senantiasa membuat kita ada..
Untuk
mu bunda ku..
Create
at 30th of juney ‘09
19’36’’
Rahma syukriah
luar biasa,
BalasHapus"mata air air mata bunda" aku suka dengan pilihan kata-kata ini. Juga "...mengikat hati yang terbingkai lelah, rusak,...
Teruslah berkarya, nikmat aku membacanya